Saturday, 16 August 2014

Laporan Praktikum Sistem Pernafasan Pada Hewan

BAB 1

PENDAHULUAN

 

SISTEM PERNAFASAN PADA HEWAN

 

1.1 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk:
1. Memahami pengaruh berat tubuh terhadap kecepatan pernafasan pada hewan dengan 
    menggunakan respirometer sederhana
2. Mengetahui fungsi KOH/ NaOH pada percobaan
3. Mengetahui  sebab eosin dapat bergerak pada percobaan
4. Mengetahui faktor –faktor apa yang dapat mempengaruhi kecepatan respirasi

1.2 Dasar Teori

Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses.
ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas.
Respirasi merupakan proses penghasil energi di dalam tubuh makhluk hidup. Selain dihasilkan energi dihasilkan juga karbon dioksida yang harus dikeluarkan dari tubuh. Proses respirasi meliputi 4 bagian yaitu:
1.      Keluar masuknya udara antara dua organ pernapasan (alveole paru-paru) yang disebut ventilasi polmonum.
2.      Difusi O2 dan CO2 antara udara dan alveole dan dalam darah.
3.      Transport O2 dan CO2 dalam darah / cairan tubuh ke dan dari sel.
4.      Pengaturan ventilasi dan segi-segui respirasi lainnya.
Dari keempat proses di atas dibedakan menjadi:
1.      Respirasi eksternal: meliputi pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di paru-paru antara alveole dan kapiler darah.
2.      Respirasi internal: meliputi pertukaran gas (O2 dan CO2) yang terjadi di tenunan: semua proses pertukaran gas antara sel dengan cairan sel disekelilingnya.
Pada manusia bila bernapas mengeluarkan nafas, secara maksimal, di dalam paru-paru masih ada udara. Sisa udara ini disebut udara residu. Bila nafas dikeluarkan secara biasa, maka paru-paru masih mengandung udara dan disebut udara cadangan. Bila menghirup dan mengaluarkan napas secara biasa, maka ini disebut udara pernapasan. Jika kita tarik nafas dalam-dalam, selain udara pernapasan juga masih dapat dimasukkan udara lagi dan ini disebut udara komplementer.
Pada serangga sistem trakea merupakan alat untuk mengambil oksigen dari luar, mendistribusikannya ke seluruh tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida. Udara masuk ke trakea dengan cara difusi melalui spirakel atau dibantu oleh ventilasi udara.
Sistem trakea pada belalang cukup khas seperti yang terdapat pada serangga dan serangga pada umumnya. Trakea-trakea bermula pada lubang-lubang kecil pada eksoskeleton (kerangka luar) yang disebut spirakel. Pada serangga yang lebih kecil atau kurang aktif masuknya O2 melalui sistem trakea dengan fungsi yang sederhana. Sebaiknya serangga yang berukuran beras dan aktif seperti belalang dengan gait melakukan pertukaran udara dengan trakeanya.
Kontraksi pada otot belalang memipihkan organ-organ kendur, pernapasan ini dikenal dengan pernapasan vital paru-paru dan pada titik ekspirasi maksimum kira-kira (udara residu) tetap ada di paru-paru. Untuk mengerti respirasi hewan maka kita tidak hanya memandang sifat dari alat pernapasanya saja tetapi mekanisme yang digunakan untuk mengendalikan respirasi dan adaptasi terhadap lingkungan berbeda-beda. Bersama dengan fungsi homoiostatik yang lain, respirasi hewan harus diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan pengendalian yang lain.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah fungsi KOH/ NaOH pada percobaan?
2. Apakah yang menyebabkan eosin dapat bergerak pada percobaan?
3. Faktor –faktor apa yang dapat mempengaruhi kecepatan respirasi?

1.4 Hipotesis


·         Ukuran tubuh dan aktivitas berpengaruh terhadap sistem respirasi serangga.
·         Larutan eosin akan bergerak ke posisi serangga karena kadar oksigen di dalam tabung yang berkurang.
       

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Alat dan Bahan

1. Respirometer
2. Kristal NaOH
3. Larutan eosin
4. Dua ekor jangkrik (jangkrik besar dan jangkrik kecil)
5. Kapas
6. Timbangan
7. Pipet tetes

2.2 Cara Kerja

1. Menimbang dua jangkrik sehingga diketahui beratnya berbeda
2. Memasukan Kristal NaOH atau KOH yang sebelumnya dibungkus kapas ke dalam botol respirometer.
3. Memasukkan satu jangkrik ke dalam botol respirometer, kemudian tutuplah botol dengan sumbat pipa kapiler rapat rapat, olesi bagian mulut botol dengan vaselin.
4. Menutup ujung pipa kapiler dengan jari tangan selama satu menit, kemudian buka jari tanganmu dan masukkan sedikit eosin ke dalam pipa kapiler dengan menggunakan pipet tetes.
5. Mengamati pergerakan eosin pada pipa kapiler setiap 4 menit selama 12 menit. Catat hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan setiap 4 menitnya.
6. Membersihkan pipa kapiler dengan air, usahakan tidak ada eosin atau butir didalamnya.
7. Mengulangi langkah kerja diatas dengan jangkrik yang berbeda.



2.3 Hasil Pengamatan


Pengamatan 1

Berat Jangkrik

Pergeseran Eosin

Waktu

 

1,8 gram


0,62 ml

4 menit

0,28 ml

8 menit

-

12 menit

Rata-rata

0,45 ml/ 4 menit atau 0,12ml/menit

Nb: Sebelum waktu mencapai lebih dari 8 menit eosin telah mencapai batas maksimum pengukuran.

Pengamatan 2

Berat Jangkrik

Pergeseran Eosin

Waktu

 

0,8 gram


0,18 ml

4 menit

0,17 ml

8 menit

0,09 ml

12 menit

Rata-rata

0,14 ml/ 4 menit atau 0,03 ml/menit



BAB 3

PENUTUP

3.1 Analisa Data


Fungsi KOH/ NaOH pada percobaan
Dalam percobaan ini digunakan KOH/ NaOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena memiliki rumus reaksi:
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Penyebab eosin dapat bergerak pada percobaan
Larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik) pada respirometer. Larutan eosin selama percobaan selalu bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan (jangkrik) dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak.
Setelah itu oksigen yang dihirup oleh organisme dan karbon dioksida yang dilepaskan akan diserap oleh KOH/NaOH sehingga menyebabkan terjadinya penyusutan volume udara dan eosin yang digunakan berfungsi sebagai penanda berkurangnya volume udara didalam sistem tertutup tersebut.
Faktor –faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan respirasi
                Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa jangkrik besar memerlukan lebih banyak oksigen dalam pernapasan, daripada jangkrik kecil.
Jangkrik ke 1 (Jangkrik terberat dalam percobaan), memiliki rata-rata kecepatan pernapasan 0,12ml/menit. Dengan penambahan ukuran eosin pada 4 menit pertama 0,62 ml, sedangkan 4 menit kedua 0,28 ml.
                Jangkrik ke 2 (Jangkrik paling ringan dalam percobaan) memiliki  rata-rata kecepatan pernapasan sebesar 0,03 ml/menit. Dengan penambahan ukuran eosin pada 4 menit pertama yaitu 0,18 ml, 4 menit kedua 0,17 ml dan pada 4 menit ketiga diperoleh 0,09 ml.
            Dalam teori, berat badan jangkrik mempengaruhi laju pernapasan jangkrik. Semakin berat jangkrik semakin cepat pula laju pernapasannya. Terbukti dengan jangkrik ke 1 laju pernapasannya lebih cepat, yaitu melampaui batas skala pada menit ke 8.
                Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi sistem respirasi adalah: berat tubuh, aktivitas tubuh, suhu tubuh, dan usia.

3.2 Kesimpulan

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
·         Pernapasan pada hewan dipengaruhi oleh berat tubuh, aktivitas tubuh, suhu tubuh, dan usia.
·         KOH/ NAOH dalam percobaan berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas.
·         Pergerakan larutan eosin hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.

 

Daftar Pustaka

Maryati, Sri.2007.Biologi:Jilid 2 untuk SMA Kelas XI.Jakarta:Erlangga
Lestari, Endang.2009.Biologi 2 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas XI Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional


0 comments:

Post a Comment