BAB 1
PENDAHULUAN
SISTEM PERNAFASAN PADA HEWAN
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk:
1. Memahami pengaruh berat tubuh terhadap kecepatan pernafasan pada hewan dengan
menggunakan respirometer
sederhana
2. Mengetahui fungsi KOH/ NaOH pada percobaan
3. Mengetahui
sebab eosin dapat bergerak pada percobaan
4. Mengetahui faktor –faktor apa yang dapat
mempengaruhi kecepatan respirasi
1.2 Dasar Teori
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai
oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi
karena respirasi merupakan proses.
ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen.
Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan
sebagai berikut:
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen
yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui)
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur,
spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas.
Respirasi merupakan proses penghasil energi di dalam tubuh makhluk hidup.
Selain dihasilkan energi dihasilkan juga karbon dioksida yang harus dikeluarkan
dari tubuh. Proses respirasi meliputi 4 bagian yaitu:
1. Keluar masuknya udara antara dua
organ pernapasan (alveole paru-paru) yang disebut ventilasi polmonum.
2. Difusi O2 dan CO2 antara udara dan
alveole dan dalam darah.
3. Transport O2 dan CO2 dalam darah /
cairan tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi dan segi-segui
respirasi lainnya.
Dari keempat proses di atas dibedakan menjadi:
1. Respirasi eksternal: meliputi
pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di paru-paru antara alveole dan kapiler
darah.
2. Respirasi internal: meliputi
pertukaran gas (O2 dan CO2) yang terjadi di tenunan: semua proses pertukaran
gas antara sel dengan cairan sel disekelilingnya.
Pada manusia bila bernapas mengeluarkan nafas, secara maksimal, di dalam
paru-paru masih ada udara. Sisa udara ini disebut udara residu. Bila nafas
dikeluarkan secara biasa, maka paru-paru masih mengandung udara dan disebut
udara cadangan. Bila menghirup dan mengaluarkan napas secara biasa, maka ini
disebut udara pernapasan. Jika kita tarik nafas dalam-dalam, selain udara
pernapasan juga masih dapat dimasukkan udara lagi dan ini disebut udara
komplementer.
Pada serangga sistem trakea merupakan alat untuk mengambil oksigen dari
luar, mendistribusikannya ke seluruh tubuh dan mengeluarkan
karbon dioksida. Udara masuk ke trakea dengan cara difusi melalui spirakel
atau dibantu oleh ventilasi udara.
Sistem trakea pada belalang cukup khas seperti yang terdapat pada serangga
dan serangga pada umumnya. Trakea-trakea bermula pada lubang-lubang kecil pada
eksoskeleton (kerangka luar) yang disebut spirakel. Pada serangga yang lebih
kecil atau kurang aktif masuknya O2 melalui sistem trakea dengan fungsi yang
sederhana. Sebaiknya serangga yang berukuran beras dan aktif seperti belalang
dengan gait melakukan pertukaran udara dengan trakeanya.
Kontraksi pada otot belalang memipihkan organ-organ kendur, pernapasan ini
dikenal dengan pernapasan vital paru-paru dan pada titik ekspirasi maksimum
kira-kira (udara residu) tetap ada di paru-paru. Untuk mengerti respirasi hewan
maka kita tidak hanya memandang sifat dari alat pernapasanya saja tetapi
mekanisme yang digunakan untuk mengendalikan respirasi dan adaptasi terhadap
lingkungan berbeda-beda. Bersama dengan fungsi homoiostatik yang lain,
respirasi hewan harus diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan
pengendalian yang lain.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah fungsi KOH/ NaOH pada percobaan?
2. Apakah yang menyebabkan eosin dapat
bergerak pada percobaan?
3. Faktor –faktor apa yang dapat mempengaruhi
kecepatan respirasi?
1.4 Hipotesis
·
Ukuran tubuh dan aktivitas berpengaruh terhadap sistem respirasi serangga.
·
Larutan eosin akan
bergerak ke posisi serangga karena kadar oksigen di dalam tabung yang berkurang.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Alat dan Bahan
1. Respirometer
2. Kristal NaOH
3. Larutan eosin
4. Dua ekor jangkrik (jangkrik besar dan jangkrik kecil)
5. Kapas
6. Timbangan
7. Pipet tetes
2.2
Cara Kerja
1. Menimbang dua jangkrik sehingga diketahui beratnya berbeda
2. Memasukan Kristal NaOH atau KOH yang sebelumnya dibungkus kapas ke dalam
botol respirometer.
3. Memasukkan satu jangkrik ke dalam botol respirometer, kemudian tutuplah
botol dengan sumbat pipa kapiler rapat rapat, olesi bagian mulut botol dengan
vaselin.
4. Menutup ujung pipa kapiler dengan jari tangan selama satu menit,
kemudian buka jari tanganmu dan masukkan sedikit eosin ke dalam pipa kapiler
dengan menggunakan pipet tetes.
5. Mengamati pergerakan eosin pada pipa kapiler setiap 4 menit selama 12
menit. Catat hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan setiap 4 menitnya.
6. Membersihkan pipa kapiler dengan air, usahakan tidak ada eosin atau
butir didalamnya.
7. Mengulangi langkah kerja diatas dengan jangkrik yang berbeda.
2.3 Hasil Pengamatan
Pengamatan 1
Berat
Jangkrik
|
Pergeseran
Eosin
|
Waktu
|
1,8 gram
|
0,62 ml
|
4 menit
|
0,28 ml
|
8 menit
|
|
-
|
12 menit
|
|
Rata-rata
|
0,45 ml/ 4 menit atau 0,12ml/menit
|
Nb: Sebelum waktu mencapai lebih dari 8 menit eosin telah mencapai batas
maksimum pengukuran.
Pengamatan 2
Berat
Jangkrik
|
Pergeseran
Eosin
|
Waktu
|
0,8 gram
|
0,18 ml
|
4 menit
|
0,17 ml
|
8 menit
|
|
0,09 ml
|
12 menit
|
|
Rata-rata
|
0,14 ml/ 4 menit atau 0,03 ml/menit |
BAB 3
PENUTUP
3.1 Analisa Data
Fungsi KOH/ NaOH pada percobaan
Dalam percobaan ini digunakan KOH/ NaOH yang
berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak
menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan
pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
KOH dapat mengikat CO2 karena memiliki rumus reaksi:
KOH + CO2 → K2CO3 +
H2O
Penyebab eosin dapat bergerak pada percobaan
Larutan eosin berfungsi sebagai indikator
oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik) pada respirometer. Larutan eosin selama percobaan selalu bergerak
mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan
(jangkrik) dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui
pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak.
Setelah itu oksigen yang dihirup oleh
organisme dan karbon dioksida yang dilepaskan akan diserap oleh KOH/NaOH
sehingga menyebabkan terjadinya penyusutan volume udara dan eosin yang
digunakan berfungsi sebagai penanda berkurangnya volume udara didalam sistem
tertutup tersebut.
Faktor –faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan respirasi
Dari
data diatas maka dapat diketahui bahwa jangkrik besar memerlukan lebih
banyak oksigen dalam pernapasan, daripada jangkrik kecil.
Jangkrik ke 1 (Jangkrik
terberat dalam percobaan), memiliki rata-rata kecepatan pernapasan 0,12ml/menit. Dengan penambahan ukuran eosin pada 4 menit pertama 0,62
ml, sedangkan 4 menit kedua 0,28 ml.
Jangkrik ke 2 (Jangkrik paling
ringan dalam percobaan) memiliki rata-rata kecepatan pernapasan
sebesar 0,03 ml/menit. Dengan penambahan ukuran eosin pada 4 menit pertama
yaitu 0,18 ml, 4 menit kedua 0,17
ml dan pada 4 menit ketiga diperoleh 0,09
ml.
Dalam teori, berat badan jangkrik mempengaruhi laju pernapasan jangkrik.
Semakin berat jangkrik semakin cepat pula laju pernapasannya. Terbukti dengan
jangkrik ke 1 laju pernapasannya lebih cepat, yaitu melampaui batas skala pada
menit ke 8.
Selain
itu faktor-faktor yang mempengaruhi sistem respirasi adalah: berat tubuh,
aktivitas tubuh, suhu tubuh, dan usia.
3.2 Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
·
Pernapasan
pada hewan dipengaruhi oleh berat tubuh, aktivitas tubuh, suhu tubuh, dan usia.
·
KOH/ NAOH dalam percobaan
berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak
menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas.
·
Pergerakan larutan eosin
hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
Daftar
Pustaka
Lestari, Endang.2009.Biologi 2 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas XI
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional
0 comments:
Post a Comment