Saturday, 16 August 2014

Laporan Praktikum Uji Glukosa dan Protein dalam Urine

BAB 1
PENDAHULUAN

Uji Gula dan Protein dalam Urine

1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk:
1.       Untuk menentukan kadar pH dalam urine
2.       Untuk mengetauhi kandungan glukosa dalam urine
3.       Untuk mengetauhi kandungan protein dalam urine

1.2 Dasar Teori

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml.
KANDUNGAN DALAM URINE
1.      Air sebanyak 95 %
2.      Urea, asam ureat dan ammonia
3.      Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)
4.      Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)
5.      Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon.
GLUKOSA
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan.
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.
PROTEIN
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.


BAB 2
PEMBAHASAN


2.1 Alat dan Bahan
Alat :
1.       Tabung reaksi
2.       Lampu bunsen
3.       Penjepit tabung reaksi
4.       Pipet
5.       Kertas lakmus
Bahan :
1.       Urine
2.       Larutan benedict
3.       Larutan biuret
4.       Gula
5.       Air
2.2 Langkah Kerja
A.      Menentukan pH dalam urine
1.       Memasukan 20 tetes urine pada tabung reaksi
2.       Uji pH urine dengan menggunakan kertas indikator universl, kemudian cocokkan warnanya dengan standar pH
B.      Uji kandungan protein dalam urine
1.       Mengisi tabung reaksi dengan urine sebanyak 40 tetes
2.       Tambahkan 5 tetes larutan biuret ke dalam tabung reaksi yang di isi dengan urine dan biarkan bercampur kira-kira 5 menit
3.       Amati perubahan yang terjadi pada tabung tersebut
C.      Uji kandungan glukosa pada urine
1.       Masukan 40 tetes urine ke dalam tabung reaksi
2.       Meneteskan larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 tetes
3.       Menjapit tabung reaksi dengan penjepit. Panaskan ujung tabung reaksidengan api bunsen, janagn sampai mendidih. Pemanasan yang berlebihan menyebabkan perubahan warna yang tidak cocok. Kurang lebih panasi 3-5 menit.
4.       Mengamati perubahan warna yang terjadi. Apabila mengandung gula, bahan ini menunjukkan endapan berwarna merah bata.



2.3 Analisa Data
1. Apa warna urine sebelum di beri perlakuan? Apa arti warna tersebut?
Urine berwarna kuning sebelum di beri perlakuan.
Warna urin yang normal warnanya kuning, berasal dari bilirubin. Pucat atau kuatnya warna kuning pada urin normal tergantung pada konsumsi air. perubahan warna dari yang normal itu bisa terjadi karena pengaruh makanan, obat, atau kondisi kesehatan. Warna kuning terang hingga oranye bisa terjadi jika kita mengonsumsi vitamin B2 (riboflavin) dan/atau carotene, sesuai dengan warnanya. 
2. Berapa pH dari urine yang kalian amati? Apakah arti angka tersebut?
pH dari urine yang kami amati adalah 6, pH urine normal (berkisar antara 5-8).
3. Apa warna urine pada tabung reaksi setelah di tambahkan larutan biuret? Warna tersebut mengindikasikan apa?
Warna urine pada tabung reaksi adalah kuning pekat, mengindikasikan bahwa urine normal
4. Apa warna urine pada tabung reaksi setelah di tambahkan larutan benedict dan kemudian di panaskan? Warna tersebut mengindikasikan apa?
Warna urine pada tabung reaksi setelah ditambahkan  larutan benedict dan kemudian dipanaskan adalah kuning keputihan. Warna tersebut mengindikasikan bahwa urine normal.
a) Jika dalam urine terbukti ada protein maka bagian ginjal mana yang tidak berfungsi?
 Jika terdapat kandungan protein dalam urine ,berarti ginjal mengalami kelainan atau gangguan akibat terdapat kebocoran pada ginjal bagian glomerulus yang berfungsi sebagai penyerapan senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh, termasuk protein. 
b) Jika dalam urine terbukti ada glukosa maka bagian ginjal mana yang tidak berfungsi?
Bagian tubulus tidak berfungsi. Pada ginjal normal, glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi pada daerah tubulus


BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
·         Warna kuning dalam urine berasal dari bilirubin. Pucat atau kuatnya warna kuning pada urin normal tergantung pada konsumsi air. perubahan warna dari yang normal itu bisa terjadi karena pengaruh makanan, obat, atau kondisi kesehatan
·         pH urine normal berkisar antara 5-8.
·         Urine dikatakan normal jika warna urine pada tabung reaksi setelah ditambahkan  larutan benedict kemudian dipanaskan adalah kuning keputihan.
·          Jika terdapat kandungan protein dalam urine, maka ginjal mengalami kelainan atau gangguan akibat terdapat kebocoran pada ginjal bagian glomerulus yang berfungsi sebagai penyerapan senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh, termasuk protein. 
·         Jika pada urine terdapat glukosa, maka ginjal bagian tubulus tidak berfungsi. Pada ginjal normal, glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi pada daerah tubulus.


Daftar Rujukan
Maryati, Sri.2007.Biologi:Jilid 2 untuk SMA Kelas XI.Jakarta:Erlangga
Lestari, Endang.2009.Biologi 2 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas XI Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional
       


3 comments: