Friday 28 October 2016

Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai Bentuk Perlawanan Terhadap Belanda

TAKTIK GERILYA MASYARAKAT MALANG SEBAGAI BENTUK PERLAWANAN TERHADAP BELANDA


ABSTRAK
Arofah, Elfrida Nur.Satriyanis,Respati dan Shella, Thamara Martha . 2013.Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai Bentuk Perlawanan Terhadap Belanda.KaryaTulisIlmiah, Pembimbing: (I) : Mokhamad Ismail , Spd., (II) Giati Anisah, S.Pd., (III) Avo Satriyatma, S.Pd.

Kata Kunci :  Kota Malang, Gerilya

Letaknya yang cukup tinggi (450 m diatas permukaan laut) serta sekitarnya yang merupakan daerah perkebunan, membuat Kota Malang menjadi sangat strategis dan tumbuh dengan cepat sebagai kota kedua yang terbesar di Jatim. Sampai tahun 1914 Malang mash merupakan sebuah kota kabupaten , bagian dari Karesidenan Pasuruan. Salah satu kendala tidak bisa berkembangnya kota-kota pedalaman adalah masalah prasarana dan komunikasi. Pembangunan prasarana secara besar-besaran di Jawa termasuk Malang) baru dimulai setelah th. 1870. Kota Malang pernah menjadi Ibukota Propinsi Jawa Timur pada bulan Februari 1947 sampai bulan Juli 1947. Perpindahan Ibukota Propinsi Jawa Timur dilakukan oleh penduduk Kota Malang dalam mengantisipasi kedatangan Belanda ke Kota Malang adalah dengan bumi hangus bangunan yang dianggap penting.

Permasalahan yang diangkat dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah (1) Bagaimana awal mula kejadian Agresi Militer Belanda 1947 di Jawa Timur yang menjalar ke Kota Malang. (2) Bagaimana taktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan gerilya di daerah pendudukan Belanda. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui awal mula kejadian Agresi Militer Belanda 1947 di Jawa Timur yang menjalar ke Kota Malang.  (2) Untuk taktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan gerilya di daerah pendudukan Belanda.
Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode penelitian sejarah. Langkah yang ditempuh dalam Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode sejarah yang berupa pemilian topik, heuristik, kritik interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2013 sampai bulan Oktober 2013.
Penelitian  menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik wawancara serta studi dokumentasi. Tim penulis melakukan wawancara tatap muka dengan Kepala perpustakaan Balakjarah Bintaldam V/Brawijaya untuk memperoleh narasi kualitatif serta informasi yang lebih dalam mengenai sikap informan termasuk pemahaman serta interpretasi beliau terhadap Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai Bentuk Perawanan Terhadap Belanda.
Kesimpulan dari peneliatian bahwa perkembangan gerilya di Kota Malang pasca Agresi Militer Belanda I sampai tahun 1949 disebabkan karena ada pendekatan politik kepada Penduduk Kota Malang untuk melawan Belanda di daerah Republik Indonesia dan daerah Penduduk Belanda. Penduduk Kota Malang ikut mengadakan perlawanan. Selain itu ada Gerakan Rakyat Kota Malang tahun 1949 serta Mayor Hamid Rusdi yang gugur di desa Wonokoyo pada tanggal 8 Maret 1949.


















KATA PENGANTAR

Tim penulis bersyukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya tim penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ‘Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai Bentuk Perlawanan Terhadap Belanda
Karya Tulis Ilmiah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Sejarah. Tim penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak akan terwujud tanpa adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1.    Ibu Niken Asih Santjojo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 10 Malang
2.    Bapak Mokhamad Ismail, S.Pd selaku pembimbing karya tulis ilmiah penulis.
3.    Ibu Giati Anisah selaku guru B.Indonesia dan Bapak Avo Satriyatma guru IT yang juga telah membimbing kami.
4.    Bapak Cahyo Budi Santoso selaku narasumber yang telah memberikan informasi mengenai bahan penelitian kami.
5.    Ketiga orang tua kami dan sahabat penulis yang telah memberikan doa dan motivasi kepada kami.
Tim penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini. Tim penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

 Malang, 07 September 2013

   Tim Penulis







DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... 
ABSTRAKSI........................................................................................................... 
KATA PENGANTAR............................................................................................. 
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................
1.5 Ruang Lingkup.........................................................................................
1.6 Definisi Istilah...........................................................................................
BAB II Kajian Pustaka...........................................................................................
2.1 Landasan Teori.........................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................................
3.1 Metode Penelitian.....................................................................................
3.2 Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 
3.3Instrumen Penelitian.................................................................................. 
3.4 Sumber Data............................................................................................ 
3.5 Teknik Analisa Data................................................................................. 
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................
BAB V PENUTUP .................................................................................................
5.1 Kesimpulan...............................................................................................
5.2 Saran........................................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
            Kota Malang merupakan tempat penting yang baik bagi orang Eropa, Timur Asing, dan Orang Indonesia sendiri.Kota Malang menjadi salah satu wilayah yang ingin dikuasai Belanda karena potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu wilayah perkebunan serta sebagai pertahanan yang baik dari serangan musuh. Kota Malang pernah menjadi ibukota  Propinsi Jawa Timur pada bulan Februari 1947 sampai bulan Juli 1947. Perpindahan Ibukota Propinsi Jawa Timur ke Kota Malang  menjadikan Kota Malang sebagai tempat penampungan  bagi warga korban perang dari daerah Surabaya dan daerah lain yang dikuasai Belanda. Agresi Militer Belanda pertama pada tanggal 31 Juli 1947 membuat Kota Malang sudah tidak aman lagi sebagai Ibukota Propinsi Jawa Timur. Langkah yang dilakukan oleh penduduk Kota Malang dalam mengantisipasi kedatangan Belanda ke Kota Malang adalah dengan bumi hangus bangunan yang dianggap penting.
            Rakyat Malang berusaha mati-matian untuk mempertahankan tanah kelahirannya ini. Akhirnya Malang tetap menjadi bagian dari Republik Indonesia, melalui sejarah perjuangan yang panjang.
            Oleh karena itu tim penulis melakukan penelitian untuk mengetahui peristiwa Agresi Militer Belanda di Kota Malang agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana perjuangan dalam mempertahankan Kota Malang.

1.2         Rumusan Masalah
a.    Bagaimana awal mula kejadian Agresi Militer Belanda 1947 di Jawa Timur yang menjalar ke Kota Malang?
b.    Bagaimana taktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan gerilya di daerah pendudukan Belanda?

1.3         Tujuan
a.    Untuk mengetahui awal mula kejadian Agresi Militer Belanda 1947 di Jawa Timur yang menjalar ke Kota Malang
b.    Untuk mengetahuitaktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan gerilya di daerah pendudukan Belanda

1.4         Manfaat Penelitian
            Dalam penelitian ini manfaat yang dapat diperoleh pembaca antara lain :
1. Bagi penulis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar untuk penulisan karya ilmiah dengan teknik pengumpualan data dan hipotesis
2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah referensi pengetahuan dan informasi untuk memperluas wawasan pembaca pada umumnya.
1.5         Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ilmiah ini, tim penulis membahas tentang awal mula kejadian Agresi Militer Belanda serta menitik beratkan pembahasan kepada taktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan gerilya sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda. Tim penulis memasukkan Mayor Hamid Rusdi sebagai salah satu tokoh masyarakat Kota Malang sehingga karya tulis ilmiah ini hanya membahas tentang latar belakang singkat perjalanan Hamid Rusdi sampai menjadi anggota PETA dengan pangkat Chudancho.

1.6         Definisi Istilah
a.   KNIL (het Koninklijke Nederlandsche Indische Leger): satuan militer yang berasal dari putra-putra daerah yang direkrut dari berbagai pelosok di tanah air.Adapun tujuan utama dari pembentukan kesatuan tentara ini adalah menumpas pemberontakan dalam upaya membantu pemerintah Hindia Belanda memperluas wilayah kekuasaannya di Nusantara
b.   Mitraliur: adalah senjata api yang menggabungkan kemampuan menembak otomatis senapan mesin dengan amunisipistol. Konsep senjata api seperti ini pertama kali dicoba pada tahun 1900-an, yaitu pistol yang diberi popor dan menembak secara otomatis.
c.   RECOMBA (Commissaris Voor Berstuursaangelegenheden): Suatu kedudukan yang dianggap setara dengan gubernur pada masa sebelum perang. RECOMBA pada akhir tahun 1948 dibentuk ulang menjadi Territoriaal Bestuurs Adviseur (TBA).
d.   Garis van Mook (Status Quo Line): Merupakan garis impian untuk Belanda karena dengan demikian Belanda memperoleh penambahan wilayah yang sangat besar, baik di Sumatera mau pun di Jawa, terutama daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh Belanda, seperti minyak dan hasil pertimbangan lain.
           

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1      Landasan Teori
Strategi medan tempur, terkenal dengan istilah taktik. Merumuskan dan melaksanakan taktik adalah sangat penting dalam sebuah pertempuran karena sebuah negara pun masih bisa kalah dalam medan pertempuran meskipun strategi perang yang sudah terkoordinasi baik, strategi militer yang tepat, dan strategi operasi yang terancang baik.
Sebelum abad ke-19, banyak taktik yang terbatas pada medan perang, seperti bagaimana manuver terbaik selama pertempuran di medan terbuka.
Unit tersebut disusun dalam formasi, terdiri dari tiga tingkat perencanaan yaitu:
  • Strategi, yang berkenaan dengan keseluruhan sarana dan rencana untuk mencapai kemenangan perang
  • Operasi perang untuk mengubah strategi menjadi taktik.
  • Taktik, yang berkenaan dengan kemenangan pertempuran.
Gerilya adalah salah satu strategi perang yang dikenal luas, karena banyak digunakan, selama perang kemerdekaan di Indonesia pada periode 1950-an. A.H. Nasution yang pernah menjabat pucuk panglima Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD) menuliskan di buku "Pokok-pokok Gerilya".Bagi tentara perang gerilya sangatlah efektif. Mereka dapat mengelabui,menipu atau bahakan melakukan serangan kilat. Taktik ini juga manjur saat menyerang musuh jumlah besar yang kehilangan arah dan tidak menguasai medan. kadang taktik ini juga mengarah pada taktik mengepung secara tidak terlihat.
(Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Jilid II. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.)



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1         Metode Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan penulis menggunakan beberapa metode penulisan sebagai berikut

a.    Metode Kualitatif
Metode penelitian kualitatif merupakan salah satu metode yang digunakan peneliti dalam ilmu sosial, dengan penekanan objek penelitinya terhadap keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat di analisa dengan metode statistik. Dalam melakukan penelitiannya, pengguna dari metode ini menjadi alat penelitian, yang harus mampu menangkap, merekam dan menganalisa data-data tersembunyi yang diterimanya dari objek penelitian dan lingkungannya, seperti bahasa tubuh, bahasa tutur, perilaku ataupun ungkapan.

b.          Studi Internet
Tim penulis melakukan browsing melalui situs-situs internet sesuai dengan materi penelitian ini.Peranan dari studi internet sangat banyak, karena dengan browsing di internet, maka apapun yang kami butuhkan dapat terpenuhi.

c.          Studi Historis
Studi Historis (historical studies) meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu.Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tak sengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen.
3.2         Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan tim penulis adalah teknik wawancara. Tim penulis melakukan wawancara tatap muka kepada seorang Kepala perpustakaan Balakjarah Bintaldam V/Brawijaya untuk memperoleh narasi kualitatif serta informasi yang lebih dalam mengenai sikap informan termasuk pemahaman serta interpretasi beliau terhadap Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai Bentuk Perawanan Terhadap Belanda. Sehingga diharapkan diperoleh informasi maupun pendapat yang sekiranya terbuka dan jujur sesuai dengan tema yang dipilih.
a.    Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan. Tim penulis mengumpulkan data dengan cara mewawancarai Kepala perpustakaan Balakjarah Bintaldam V/Brawijaya.
b.    Analisis Dokumen
Analisis dokumen lebih mengarah pada bukti konkret. Dengan instrumen ini, kita diajak untuk menganalisis isi dari dokumen-dokumen yang dapat mendukung penelitian. Tim penulis menggunakan analisis dokumen untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai materi yang di bahas demi mendapat data yang akurat.

3.3         Instrumen Penelitian
Pada penelitian kali ini tim penulis menggunakan instrumen melalui metode wawancara dengan Kepala perpustakaan Balakjarah Bintaldam V/Brawijaya serta studi dokumen. Dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kualitatif pula, jadi lebih bersifat abstrak tetapi lengkap dan mendalam. Ada beberapa alasan penulis menggunakan instrumen ini dalam penelitian yaitu :
a. Karena tidak memungkinkan apabila menggunakan instrumen penelitian berupa angket dan checklist.
b. Karena instrumen penelitian berupa wawancara akan menghasilkan data yang lebih akurat.

3.4         Sumber Data
    Kami mengambil beberapa data diantaranya dari berbagai macam sumber yang berbeda. Data yang pertama diperoleh dengan cara mewawancarai seorang Kepala perpustakaan Balakjarah Bintaldam V/Brawijaya yang bernama Bapak Cahyo Budi Santoso. Data yang kedua diperoleh dari berbagai buku referensi atau dokumen. Data yang terakhir diperoleh dari internet sebagai pelengkap dari kedua sumber di atas.

3.5         Teknik Analisis Data
Beberapa tahap analisis yang digunakan :
a. Tahap membandingkan sumber yang diperoleh melalui wawancara dan internet, yaitu pada tahap ini terdapat adanya dua sumber yang berbeda sehingga tim penulis perlu memahami kedua sumber tersebut agar dapat membandingkan kedua sumber tersebut.
b. Tahap memadukan persamaan informasi yang diperoleh melalui internet dan wawancara, yaitu memahami dengan baik informasi yang didapatkan,meneliti adanya persamaan–persamaan informasi diantara dua sumber dengan saksama demi keakuratan informasi tersebut.
c. Tahap pembatasan informasi dalam ruang lingkup lokal sesuai dengan objek sejarah yang di teliti, dalam tahap ini melakukan pembatasan – pembatasan informasi yang didapat agar informasi yang didapat tidak begitu luas bahasanya sehingga menyimpang dari objek yang diteliti, tahap ini juga berguna untuk memudahkan dalam memperoleh informasi tentang materi yang dibahas.
d. Tahap menulis dan merumuskan informasi yang di dapat dari berbagai sumber data  sesuai dengan objek sejarah yang di teliti karena teknik penulisan dan perumusan informasi yang lebih mengarah kepada tema yang dibahas akan mempengaruhi hasil dari penelitian ini.



BAB IV
PEMBAHASAN

1. Awal mula kejadian Agresi Militer Belanda
            A. Letak Geografis Kota Malang
Secara geografi Kota Malang dikelilingi oleh pegunungan tinggi di Jawa Timur yaitu Gunung Kawi di sebelah barat, Gunung Semeru di sebelah timur, Gunung Arjuno di sebelah utara dan pegunungan Kendeng Selatan  di sebelah selatan. Dibukanya lahan perkebunan kopi dan tebu pada tahun 1800 memuat Kota Malang menjadi salah satu kota yang menarik untuk melakukan aktivitas perekonomian. Munculnya perkebunan di Kota Malang menjadikannya kota yang ramai sehingga banyak penduduk luar kota yang bermukim ke Kota Malang.

The city is The People”, kota adalah manusia yang menghuninya, demikian sering dikatakan oleh para ahli perkotaan. Seperti halnya semua kota-kota kolonial di Jawa pada umumnya, Malang juga dihuni oleh sebuah masyarakat yang majemuk. Maka dari itu Kota Malang sering dijuluki sebagai Paris van oost Java.

Masyarakat majemuk yang ada di Malang terdiri atas:
- Penduduk Pribumi setempat.
- Penduduk Timur Asing (Vreemde Oosterlingen), yang terdiri atas orang Cina
dan Arab, serta Timur asing lainnya.
- Penduduk Belanda sendiri yang memerintah.

Dengan demikian Malang menjadi tempat penting yang baik bagi orang Eropa, Timur Asing dan orang Indonesia sendiri.  Kota Malang merupakan salah satu kota sasaran militer Belanda pulau Jawa bagian Timur.

B.Agresi Militer Belanda di Jawa Timur
Agresi Militer Belanda di Jawa Timur dimulai dengan penerobosan terhadap pertahanan Tentara nasional Indonesia (TNI) di Porong oleh Brigade KNIL dari divisi “A” yang berpangkalan di Surabaya. Pada waktu yang sama Brigade Marine melaksanakan pendaratan di Pasir Putih dan Meneng di Banyuwangi serta terus bergerak untuk menguasai seluruh wilayah Jawa Timur. Setelah berhasil menerobos pertahanan Tentara Nasional Indonesia di Porong, sebagian anggota Brigade KNIL divisi “A” bergerak menuju Bangil untuk bergabung dengan Brigade Marine dan sebagian lainnya menuju Malang. Pasukan darat Belanda juga berhasil menerobos pertahanan di Mojosari dan terus bergerak menuju Pacet. Dari Pacet pasukan Belanda bergerak ke malang melalui Batu.

Agresi Militer Belanda I di Kota Malang melalui Surabaya ke Porong, Bangil, Pandaan, Lawang, dan Singosari. Kabar Belanda telah melakukan Agresi Militer Belanda I telah sampai di Kota Malang pada tanggal 21 Juli 1947. Para pejabat sipil dan polisi telah mengosongkan Kota Malang pada malam hari. Mereka merasa khawatir terhadap tindakan militer Belanda. Keesokan hari pada pukul 06.00 pagi, lapangan terbang Bugis telah diserang pesawat terbang Belanda bermotor dua dengan mitralyur. Pasukan Belanda masih melakukan usaha yang sama, yaitu melakukan pengeboman di dalam Kota Malang.

Pasukan Belanda akhirnya berhasil masuk ke Kota Malang  pada tanggal 31 Juli 1947. Belanda membuka serangan lewat udara pada pukul 02.00 dinihari ketika tentara Indonesia sedang istirahat. Tak lama kemudian setelah itu pasukan Belanda datang dari sebelah utara. Mereka masuk ke tengah Kota Malang secara perlahan diiringi desingan peluru. Segera saja berlangsung pertempuran seru di kawasan alun-alun, Kawistraat, Kajoetangan dan beberapa tempat lainnya. Perang ini segera menjatuhkan korban dengan jumlah terbesar dari Tentara Nasional Indonesia. Diantara sela pertempuran dengan menggunakan senjata api, datanglah Pasukan Bambu Runcing yang terdiri dari pemuda-pemuda yang dari Kasin, Kauman serta Belakang Lodji. Jelas mereka tidak mampu melawan senjata Marinir yang sudah modern. Mereka menunggu kesempatan tersebut tidak kunjung datang karena Belanda lebih pintar untuk menghindarinya. Keadaan segera berbalik ketika pasukan Belanda berhasil menguasai keadaan pertempuran tersebut. Ada 35 anggota tentara Republik Indonesia Pelajar di Kota Malang yang gugur di jalan Salak (sekarang Jalan Pahlawan TRIP). Tentara Nasional Indonesia segera bergerak mundur menuju pembatasan. Peristiwa ini disebabkan Kota Malang sudah jatuh ke tangan Pasukan Belanda.

Sementara suasana di dalam Kota Malang menjadi kacau balau karena berita kedatangan pasukan militer Belanda sudah didengar oleh masyarakat Kota Malang. Mereka berusaha menyelamatkan diri dengan mengungsi ke daerah perbatasan. Jalan-jalan di Kota Malang sejenak berubah menjadi lautan manusia yang akan mengungsi. Pada akhirnya mereka mengungsi ke daerah perbatasan, lalu dikumpulkan di sekolah Katolik di kawasan Penanggoenganstraat (sekarang Jalan Panderman) sebelah selatan kawasan perumahan Idjen Boulevard.

Kota Malang disibukkan dengan berbagai persiapan untuk menahan pasukan Belanda agar tidak masuk ke dalam Kota Malang. Apabila Kota Malang jatuh ke tangan Belanda maka secara otomatis Jawa Timur telah berada di bawah kekuasaan Belanda.

Apabila Malang jatuh ke tangan Belanda maka secara otomatis Jawa Timur berada di bawah kekuasaan Belanda. Pada tanggal 21 Juli 1947 ketika Belanda mengawali Agresi Militer pertamanya, di markas Divisi VII Malang pada pukul 19.00 dilangsungkan pertemuan para perwira staf dan komandan kesatuan untuk mendengarkan strategi militer dalam menghadapi pasukan Belanda. Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa seluruh pasukan tidak akan meninggalkan Kota Malang sebelum seluruh kota dibumihanguskan. Pada tanggal 22 Juli 1947 pukul 03.00 dinihari mulai  terdengar suara ledakan secara berturut-turut. Pada saat itu dimulailah strategi bumi hangus dilaksanakan terlalu dini di Kota Malang.

            C. Campur Tangan Pemerintah
Pemerintah kota Malang turut melaksanakan rapat  strategi politik untuk menyelamatkan Kota Malang. Berdasarkan laporan pendek dari Pemerintah Kota malang tanggal 06 Agustus 1947 disepakati bahwa tanggal 22 Juli 1947 dinihari Residen Malang serta menuju ke Turen. Pemerintah di dalam Kota Malang untuk sementara dipegang oleh asisten Residen Soejadi. Pada tanggal 29 Juli 1947 para staf keresidenan masuk kembali ke dalam Kota Malang. Bersamaan dengan itu musuh berhasil mendesak pasukan Tentara Nasional Indonesia di perbatasan sehingga pada keesokan harinya disepakati agar para staf Keresidenan Malang segera kembali ke Turen.

Pada tanggal 31 Juli pasukan pelopor Belanda berhasil masuk ke dalam Kota Malang. Mereka masuk ke dalam Kota Malang dengan memakai tank-tank besar dan kecil. Pada masa itulah Kota Malang secara militer jatuh ke tangan Belanda. Sementara pada tanggal 1 Agustus 1947 pasukan ini berhasil menguasai tempat penting di Kota Malang. Pasukan Tentara Nasional Indonesia berhasil dipatahkan. Tanggal 2 Agustus 1947 Belanda berhasil melaksanakan negoisasi dengan asisten Residen Malang Soejadi untuk memerintahkan para pegawai pamong praja untuk melaksanakan kembali kegiatan seperti sebelumnya. Pada tanggal 4 Agustus 1947 diadakan pertemuan di pendopo Kabupaten malang. Pertemuan itu dihadiri oleh pegawai republik dari staf kementrian yang di pimpin oleh asisten Residen malang Soejadi. Pertemuan itu untuk menerima penjelasan tentang pemerintahan di Jawa Timur selanjutnya dari Recomba Jawa Timur Dr. F.W.T. Hunger.

Pada tanggal 4 Agustus 1947 diadakan pertemuan di pendopo Kabupaten  Malang. Pertemuan itu dihadiri oleh pegawai republik dari staf kementrian yang dipimpin oleh asisten residen Malang, Soejadi. Pertemuan itu untuk menerima penjelasan tentang pemerintahan di Jawa Timur selanjutnya dari RECOMBA Jawa Timur DR F.W.T. Hunger.

 Kekacuan situasi dan kondisi Kota Malang tidak mendapatkan perhatian serta upaya dari pihak pemerintah Kota Malang untuk menghentikan kepanikan tersebut. Seluruhnya menyibukkan diri untuk mempertahankan Kota Malang serta mengatur kondisi perpolitikan yang kacau. Polisi atau tentara yang menjaga keamanan dalam Kota Malang kurang terkoordinasi sehingga kerusuhan semakin merajalela. Peristiwa ini menyebabkan Kota Malang ditetapkan dalam kondisi status quo.

Daerah yang bersebelahan dengan garis impian Van Mook atau garis status quo menjadi daerah penyangga yang harus dikosongkan dari kekuatan militer (Demilitered Zones). Sebagai penanggung jawab keamanan, telah ditetapkan Kepala Kepolisian Kota Malang. Untuk keperluan tersebut dibentuklah satuan tugas khusus yang bernama Polisi Keamanan (PK). Poisi keamanan intinya terdiri dari satuan – satuan Mobile Brigade Polisi (Mobbrig). Sebagai komandannya di tunjuklah S Syamsuri Mertoyoso yang ketika itu menjadi komandan Mobile Brigade Polisi Karesidenan Malang. Pengamanan daerah status quo tidak dapat dilepaskan dari taktik dan strategi tentara sehingga dibentuklah Perwira Penghubung (Liaison Officers) yang terdiri dari perwira polisi dan militer. Para anggota perwira miiter inilah yang bertugas menjadi penghubung dengan para anggota Komisi Tiga Negara (KTN) yang merupakan petugas PBB untuk mengawasi pelaksana perjanjian Renville di Indonesia.

2. Taktik Gerilya Masyarakat Kota Malang di Daerah Pendudukan Belanda
A. Pembakaran Kartu penduduk Atas Usul AJ Cokrohadi
Pada saat pendudukan Belanda di Malang kartu penduduk yang telah dimiliki masyarakat di Malang diganti dengan kartu penduduk buatan Belanda . kejadian ini dilaksanakan Belanda tentu saja untuk menghambat gerak pasukan Hamid Rusdi yang akan  menyusup ke daerah pendudukan Belanda. Kesulitan tersebut bertambah dengan sikap beberapa masyarakat yang tinggal di daerah pendudukan dengan sikap kurang simpatik terhadap perjuangan Tentara Nasional Indonesia. Atas usul AJ Cokrohadi, Mayor Hamid Rusdi melaksanakan beberapa tindakan. Pertama, seluruh  kepala desa harus menyerahkan semua kartu penduduk rakyatnya yang diberikan oleh Belanda. Kedua, ia akan menjadi sasaran Tentara Nasional Indonesia apabila kepala desa tidak mau menyerahkan kartu penduduk rakyatnya. Ketiga, rakyat yang tidak sempat menyerahkan kartu penduduk buatan Belanda diminta untuk segera membakarnya.
           
Taktik ini telah menyebabkan dalm waktu sehari semalam telah terkumpul kurang lebih 10.000 buah kartu penduduk yang berasal dari daerah Gadang, Mergosono, Janti, Kedungkandang, Kebalen, Sumber Soka, Telogowaru, Wonokoyo dan Kendalpayak. Kartu penduduk yang dikumpulkan akhirnya dibakar oleh Tentara Nasional Indonesia. Pasukan Mayor Hamid Rusdi dapat dengan mudah menyusup ke Kota Malang yang dikuasai Belanda berbaur dengan rakyat biasa yang tinggal di daerah pendudukan Belanda. Akibatnya pihak Belanda sukar membedakan antara rakyat biasa dengan Tentara Nasional Indonesia. Keadaan ini membuat pasukan Mayor Hamid Rusdi mudah bergerak.

Pembakaran kartu penduduk yang dilakukan oleh batalyon I Hamid Rusdi, khususnya oleh pasukan kompi Kusno telah membuka kesempatan yang baik untuk melaksanakan penyusupan ke berbagai tempat. Pasukan TNI kemudian berhasil menguasai tempat – tempat di sekitar kota Malang. Memang ada saatnya terjadi kegagalan sewaktu menyerang pos Ornderneming Wacht atau penjaga perkebunan di daerah Sempal Wadak dan Tutut. Selain itu juga banyak keberhasilan lainnya dalam perang gerilya. Untuk dapat menjaga eksistensi hubungan Pasukan Hamid Rusdi memakai beberapa cara yaitu :
1. Sistem Estafet yaitu apabila ada surat perintah pelaksanaan komunikasi yang dilaksanakan dengan mengatur surat tersebut dari pos satu ke pos lainnya sampai kepada orang yang dituju. Jadi surat senantiasa berganti tangan.
2. Sistem Surat Pantat yaitu lebih ditujukan kepada surat – surat yang sangat penting untuk membawanya surat tersebut dimasukkan kedalam pantat seseorang dengan maksud apabila diperiksa tidak diketahui oleh musuh. Biasanya yang menjadi kurir untuk mengantar surat adalah wanita yang menyamar sebagai seorang pedagang atau bergaya akan ke pasar. Hal itu dilakukan agar terhindar dari perhatian musuh karena wanita lebih bebas untuk mengadakan hubungan dengan lainnya.

B. Sistem Gerilya Pasukan Hamid Rusdi
Pada waktu – waktu tertentu Mayor Hamid Rusdi mengomando untuk mengadakan serangan – serangan terhadap wilayah pendudukan Belanda. Serangan gerlya waktu malam hari tetap dilaksanakan dengan penghadangan terhadap iringan pasukan Belanda. Penghancuran jembatan dengan menggunakan barbagai bom rakitan Tentara Nasional Indonesia misalnya jembatan kendalpayak dihancurkan tiga kali tetapi belum hancur.  Tentara Nasional Indonesia berhasil menghancurkan jembatan yang menghubungkan Kendalpayak dengan Buring dengan tujuan agar Belanda tidak leluasa mengadakan perjalanan. Gerliya yang dilaksanakan oleh pasukan Mayor Hamid Rusdi mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Sukar dicari oleh musuh karena pos – pos dan pemusatan tenaga bersifat definsif dan agresif.
2.            Pasukan yang bergerilya dapat beradaptasi dengan keadaan masyarakat
3.            Dapat mempertinggi pengetahuan untuk menentukan waktu operasi yang tepat membangkitkan gairah dan gembira untuk memasuki daerah baru.
4.            Membantu inisiatif masyarakat untuk dapat menyusun ekonomi serta perbaikan organisasi desa
C. Pembentukan Kompi
Untuk dapat mengembangkan gerilya dengan baik maka pasukan Mayor Hamid Rusdi dibagi menjadi 4 kompi. Kompi 1 Suam Samsun berartanggung jawab atas daerah Malang Barat, dengan basis gerilya meliputi Petung Sewu, Sumberbedno, Kucur, Sengon dan Bedalisodo. Kompi 2 bertanggungjawab atas daerah Malang Tenggara meliputi daerah Garotan dan sekitarnya. Kompi 3 Kusno Hadiwinoto bertanggung jawab atas daerah Malang Timur meliputi basis gerlya daerah Tajinan dan sekitarnya. Kompi 4 Suyono bertanggung jawab atas daerah Malang Timur Laut meliputi daerah Tajinan dan sekitarnya. Kompi 4 Suyono bertanggung jawab atas daerah Malang Timur Laut meliputi daerah Nongkojajar dan sekitarnya. Mayor Hamid Rusdi memimpin daerah Komando Batlyon I yang bergerak mobile.

          D. Penyerangan di Berbagai Tempat
          Mayor Hamid Rusdi adalah seorang pimpinan perang yang berani, disegani, tegas, ditaati oleh anak buahnya, serta sering muncul di Kota Malang Kompi 2 menduduki daerah Garotan melalui Poncokusumo, Pandansari untuk membuka membuka jalan bagi batalyon untuk menuju Lumajang, Pasurun dan Probolinggo. Kompi 3 dan Kompi 4 berhasil memasuki barisan gerilya dengan Selamat. Daerah keamanan Belanda terbatas di dalam Kota Malang. Daerah diluar Kota Malang di kuasai oleh Tentara Nasional Indonesia.
    
          Pejuang Kota Malang menyerang Pasukan Belanda di Karangploso pada 7 Januari 1949, Pejuang Kota Malng menyerang Dinoyo antara puul 22.00 – 04.00 WIB. Geni Sudarto memasang Mijn di rel kereta api sehingga KA keluar dari rel. dua hari kemudian , tanggal 9 Januari 1949 telah terjadi serangan tembak menembak di Kutobedah, Mergosono, dan Tanjung. Pertempuran melawan pasukan Belanda di Singosari selama 2 jam. Tidak lama berselang, pada tanggal 11 Januari telah terjadi serangan umum di Kota Malang yang menewaskan 31 orang tentara Belanda serta anak buahnya ( Nasution, 1977 : 161).

Mendekati Akhir Bulan Januari 1949 telah terjadi pertempuran antara pihak Belanda dan pejuang di Kota Malang. Pada tanggal 24 Januari 1949 telah terjadi tembak menembak di Gading dengan korban 7 orang tewas dan 7 orang ditawan. Pejuang Kota Malang menewaskan 5 orang Belanda serta membakar 1 mobil jeep. Keesokan harinya,tanggal 25 Januari terjadi pertempuran yang sama terjadi tembak menembak dari dekat di Jalan Kawi dan Jalan Arjuno. Pertempuran ini dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk melakukan penjarahan di daerah Kelampok, Bareng , Tanjung, Tamangayam. Para pejuang juga menawan 6 orang pelajar HBS dikarenakan mempunyai senjata pistol. Penyerangan pabrik gula Kebon Agung dilakukan beberapa hari berikutnya. Akhir bulan Januari terjadi pembongkaran rel kereta api antara Surabaya dan Malang sepanjang 136 meter dan tidak ada kecelakaan karena sudah di ketahui.
BAB V
PENUTUP

5.1      Kesimpulan

Perkembangan gerilya di Kota Malang pasca Agresi Militer Belanda I sampai tahun 1949 disebabkan karena ada pendekatan politik kepada Penduduk Kota Malang untuk melawan Belanda di daerah Republik Indonesia dan daerah Penduduk Belanda. Penduduk Kota Malang ikut mengadakan perlawanan. Selain itu ada Gerakan Rakyat Kota Malang tahun 1949 serta Mayor Hamid Rusdi yang gugur di desa Wonokoyo pada tanggal 8 Maret 1949.

                                                LAMPIRAN


DAFTAR PUSTAKA

Hardinoto. 1996. Perkembangan Kota Malang pada Zaman Kolonial. Surabaya: Petra..
Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Jilid II. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Nordholt, Henk. 2005. Outward Appearances 'Trend, Identitas, Kepentingan'. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Suryan, Endang. 2012. Latar Belakang Terjadinya Perjanjian Renville dari Tahun 1946-1948. (online). (http://endangsuryan.wordpress.com/2012/11/30/latar-belakang-terjadinya-perjanjian-renville-dari-tahun-1946-1948/), diakses tanggal  27 Oktober 2013.
____________,  2013. SMG. (online). (http://gunsnkill.blogspot.com/p/smg.html), diakses tanggal 7 September 2013.
Wati, Wita. 2013. Tentara Het Koninklijke Nederlandsch. (online). (http://witawati34.blogspot.com/2013/09/tentara-het-koninklijke-nederlandsche.html), diakses tanggal 7 September 2013.

1 comment:

  1. As stated by Stanford Medical, It is in fact the ONLY reason this country's women get to live 10 years longer and weigh an average of 42 lbs lighter than us.

    (And really, it has totally NOTHING to do with genetics or some hard exercise and really, EVERYTHING to around "how" they eat.)

    P.S, I said "HOW", not "WHAT"...

    CLICK on this link to determine if this brief test can help you unlock your true weight loss potential

    ReplyDelete