TAKTIK
GERILYA MASYARAKAT MALANG SEBAGAI BENTUK PERLAWANAN
TERHADAP BELANDA
ABSTRAK
Arofah, Elfrida Nur.Satriyanis,Respati dan Shella, Thamara Martha . 2013.Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai
Bentuk Perlawanan
Terhadap Belanda.KaryaTulisIlmiah, Pembimbing: (I) : Mokhamad Ismail , Spd., (II) Giati
Anisah, S.Pd., (III) Avo Satriyatma, S.Pd.
Kata Kunci : Kota Malang, Gerilya
Letaknya yang cukup tinggi (450 m diatas permukaan laut)
serta sekitarnya yang merupakan daerah perkebunan, membuat Kota Malang menjadi
sangat strategis dan tumbuh dengan cepat sebagai kota kedua yang terbesar di
Jatim. Sampai tahun 1914 Malang mash merupakan sebuah kota kabupaten , bagian dari
Karesidenan Pasuruan. Salah satu kendala tidak bisa berkembangnya kota-kota pedalaman
adalah masalah prasarana dan komunikasi. Pembangunan prasarana secara
besar-besaran di Jawa termasuk Malang) baru dimulai setelah th. 1870. Kota Malang pernah
menjadi Ibukota Propinsi Jawa Timur pada bulan Februari 1947 sampai bulan Juli
1947. Perpindahan Ibukota Propinsi Jawa Timur dilakukan oleh penduduk Kota
Malang dalam mengantisipasi kedatangan Belanda ke Kota Malang adalah dengan
bumi hangus bangunan yang dianggap penting.
Permasalahan
yang diangkat dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah (1) Bagaimana awal mula
kejadian Agresi Militer Belanda 1947 di Jawa Timur yang menjalar ke Kota
Malang. (2) Bagaimana
taktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan gerilya di daerah pendudukan
Belanda. Tujuan
dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui awal mula kejadian Agresi
Militer Belanda 1947 di
Jawa Timur yang menjalar ke Kota Malang. (2) Untuk taktik masyarakat Kota Malang dalam
melakukan gerilya di daerah pendudukan Belanda.
Karya
Tulis Ilmiah
ini menggunakan metode penelitian sejarah. Langkah yang ditempuh dalam Karya Tulis
Ilmiah ini
menggunakan metode sejarah yang berupa pemilian topik, heuristik, kritik interpretasi, dan
historiografi. Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2013 sampai bulan Oktober 2013.
Penelitian menggunakan metode pengumpulan data dengan
teknik wawancara serta studi
dokumentasi.
Tim penulis melakukan wawancara tatap muka dengan Kepala perpustakaan Balakjarah
Bintaldam V/Brawijaya untuk memperoleh narasi kualitatif serta informasi yang
lebih dalam mengenai sikap informan termasuk pemahaman serta interpretasi
beliau terhadap Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai Bentuk Perawanan
Terhadap Belanda.
Kesimpulan
dari peneliatian bahwa perkembangan
gerilya di Kota Malang pasca Agresi Militer Belanda I sampai tahun 1949 disebabkan karena ada pendekatan politik
kepada Penduduk Kota Malang untuk melawan
Belanda di daerah Republik Indonesia dan daerah Penduduk Belanda. Penduduk Kota
Malang ikut mengadakan perlawanan. Selain
itu ada Gerakan Rakyat Kota Malang tahun 1949 serta Mayor Hamid Rusdi yang
gugur di desa Wonokoyo pada tanggal 8 Maret 1949.
KATA PENGANTAR
Tim penulis
bersyukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya tim
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ‘Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai Bentuk Perlawanan Terhadap Belanda’
Karya Tulis Ilmiah ini ditujukan untuk
memenuhi tugas Sejarah. Tim penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini
tidak akan terwujud tanpa adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat :
1.
Ibu
Niken Asih Santjojo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 10 Malang
2.
Bapak
Mokhamad Ismail, S.Pd selaku pembimbing karya tulis ilmiah penulis.
3.
Ibu
Giati Anisah selaku guru B.Indonesia dan Bapak Avo Satriyatma guru IT yang juga
telah membimbing kami.
4.
Bapak
Cahyo Budi Santoso selaku narasumber yang telah memberikan informasi mengenai
bahan penelitian kami.
5.
Ketiga
orang tua kami dan sahabat penulis yang telah memberikan doa dan motivasi
kepada kami.
Tim penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya Karya
Tulis Ilmiah ini. Tim penulis berharap
semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Malang,
07 September 2013
Tim Penulis
DAFTAR
ISI
LEMBAR
PENGESAHAN.....................................................................................
ABSTRAKSI...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................
1.5 Ruang Lingkup.........................................................................................
1.6
Definisi Istilah...........................................................................................
BAB
II Kajian Pustaka...........................................................................................
2.1 Landasan Teori.........................................................................................
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN..................................................................
3.1 Metode Penelitian.....................................................................................
3.2 Teknik Pengumpulan Data......................................................................
3.3Instrumen Penelitian..................................................................................
3.4 Sumber Data............................................................................................
3.5 Teknik Analisa Data.................................................................................
BAB
IV PEMBAHASAN .......................................................................................
BAB V PENUTUP .................................................................................................
5.1 Kesimpulan...............................................................................................
5.2 Saran........................................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kota Malang merupakan tempat penting
yang baik bagi orang Eropa, Timur Asing, dan Orang Indonesia sendiri.Kota
Malang menjadi salah satu wilayah yang ingin dikuasai Belanda karena potensial
untuk dikembangkan sebagai salah satu wilayah perkebunan serta sebagai pertahanan
yang baik dari serangan musuh. Kota Malang pernah menjadi ibukota
Propinsi Jawa Timur pada bulan Februari 1947 sampai bulan Juli 1947.
Perpindahan Ibukota Propinsi Jawa Timur ke Kota Malang menjadikan Kota
Malang sebagai tempat penampungan bagi warga korban perang dari daerah
Surabaya dan daerah lain yang dikuasai Belanda. Agresi Militer Belanda pertama
pada tanggal 31 Juli 1947 membuat Kota Malang sudah tidak aman lagi sebagai
Ibukota Propinsi Jawa Timur. Langkah yang dilakukan oleh penduduk Kota Malang
dalam mengantisipasi kedatangan Belanda ke Kota Malang adalah dengan bumi
hangus bangunan yang dianggap penting.
Rakyat Malang berusaha
mati-matian untuk mempertahankan tanah kelahirannya ini. Akhirnya Malang tetap menjadi
bagian dari Republik Indonesia, melalui sejarah perjuangan yang panjang.
Oleh karena itu tim penulis
melakukan penelitian untuk mengetahui peristiwa Agresi Militer Belanda di Kota
Malang agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana perjuangan dalam
mempertahankan Kota Malang.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
awal mula kejadian Agresi Militer Belanda 1947
di Jawa Timur yang menjalar ke Kota Malang?
b. Bagaimana taktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan gerilya di
daerah pendudukan Belanda?
1.3
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui awal mula kejadian Agresi Militer Belanda 1947 di Jawa Timur yang
menjalar ke Kota Malang
b.
Untuk
mengetahuitaktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan
gerilya di daerah pendudukan Belanda
1.4
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini manfaat yang
dapat diperoleh pembaca antara lain :
1. Bagi
penulis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar untuk
penulisan karya ilmiah dengan teknik pengumpualan data dan hipotesis
2. Bagi
masyarakat, diharapkan dapat menambah referensi pengetahuan dan informasi untuk
memperluas wawasan pembaca pada umumnya.
1.5
Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ilmiah
ini, tim penulis membahas tentang awal mula kejadian Agresi Militer
Belanda serta menitik
beratkan pembahasan kepada taktik masyarakat Kota Malang dalam melakukan gerilya
sebagai bentuk perlawanan
terhadap Belanda. Tim penulis memasukkan Mayor Hamid Rusdi sebagai salah satu
tokoh masyarakat Kota Malang sehingga karya tulis ilmiah ini hanya membahas
tentang latar belakang singkat perjalanan Hamid Rusdi sampai menjadi anggota
PETA dengan pangkat Chudancho.
1.6
Definisi Istilah
a. KNIL (het
Koninklijke Nederlandsche Indische Leger): satuan militer yang berasal
dari putra-putra daerah yang direkrut dari berbagai pelosok di tanah air.Adapun
tujuan utama dari pembentukan kesatuan tentara ini adalah menumpas
pemberontakan dalam upaya membantu pemerintah Hindia Belanda memperluas wilayah
kekuasaannya di Nusantara
b. Mitraliur: adalah senjata api yang menggabungkan
kemampuan menembak otomatis senapan mesin dengan amunisipistol. Konsep senjata api seperti ini pertama kali
dicoba pada tahun 1900-an, yaitu pistol yang diberi popor dan menembak secara
otomatis.
c. RECOMBA (Commissaris Voor Berstuursaangelegenheden): Suatu kedudukan yang
dianggap setara dengan gubernur pada masa sebelum perang. RECOMBA pada akhir
tahun 1948 dibentuk ulang menjadi Territoriaal Bestuurs Adviseur (TBA).
d. Garis van Mook (Status Quo Line): Merupakan garis impian untuk Belanda karena
dengan demikian Belanda memperoleh penambahan wilayah yang sangat besar, baik
di Sumatera mau
pun di Jawa, terutama daerah-daerah
yang kaya akan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh Belanda,
seperti minyak dan hasil pertimbangan lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Strategi medan tempur,
terkenal dengan istilah taktik. Merumuskan dan melaksanakan taktik adalah
sangat penting dalam sebuah pertempuran karena sebuah negara pun masih bisa
kalah dalam medan pertempuran meskipun strategi
perang yang sudah terkoordinasi baik, strategi militer yang tepat, dan strategi
operasi yang terancang baik.
Sebelum abad ke-19, banyak taktik yang terbatas pada medan perang, seperti bagaimana
manuver terbaik selama pertempuran di medan terbuka.
Unit tersebut disusun
dalam formasi, terdiri dari tiga tingkat perencanaan yaitu:
- Strategi, yang berkenaan dengan keseluruhan sarana
dan rencana untuk mencapai kemenangan perang
- Operasi perang untuk mengubah strategi menjadi
taktik.
- Taktik, yang berkenaan dengan kemenangan
pertempuran.
Gerilya adalah salah
satu strategi perang yang dikenal luas, karena banyak digunakan, selama perang
kemerdekaan di Indonesia pada periode 1950-an. A.H. Nasution yang pernah
menjabat pucuk panglima Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD)
menuliskan di buku "Pokok-pokok Gerilya".Bagi tentara perang gerilya
sangatlah efektif. Mereka dapat mengelabui,menipu atau bahakan melakukan
serangan kilat. Taktik ini juga manjur saat menyerang musuh jumlah besar yang
kehilangan arah dan tidak menguasai medan. kadang taktik ini juga mengarah pada
taktik mengepung secara tidak terlihat.
(Muljana, Slamet.
2008. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Jilid II.
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, untuk
memperoleh data-data yang dibutuhkan penulis menggunakan beberapa metode
penulisan sebagai berikut
a. Metode Kualitatif
Metode penelitian
kualitatif merupakan salah satu metode yang digunakan peneliti dalam ilmu
sosial, dengan penekanan objek penelitinya terhadap keunikan manusia atau
gejala sosial yang tidak dapat di analisa dengan metode statistik. Dalam melakukan
penelitiannya, pengguna dari metode ini menjadi alat penelitian, yang harus
mampu menangkap, merekam dan menganalisa data-data tersembunyi yang diterimanya dari
objek penelitian dan lingkungannya, seperti bahasa tubuh, bahasa tutur,
perilaku ataupun ungkapan.
b. Studi Internet
Tim penulis melakukan browsing melalui situs-situs internet sesuai
dengan materi penelitian ini.Peranan dari studi internet sangat banyak, karena
dengan browsing di internet, maka apapun yang kami butuhkan dapat terpenuhi.
c.
Studi
Historis
Studi Historis (historical studies) meneliti
peristiwa-peristiwa yang telah berlalu.Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang
dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari pelaku sejarah yang
masih ada, kesaksian tak sengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai
catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan kesaksian
sengaja berupa catatan dan
dokumen-dokumen.
3.2
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
tim penulis adalah teknik wawancara. Tim penulis melakukan wawancara tatap muka
kepada seorang Kepala
perpustakaan Balakjarah Bintaldam V/Brawijaya untuk memperoleh narasi kualitatif
serta informasi yang lebih dalam mengenai sikap informan termasuk pemahaman
serta interpretasi beliau terhadap Taktik Gerilya Masyarakat Malang Sebagai
Bentuk Perawanan Terhadap Belanda. Sehingga diharapkan diperoleh
informasi maupun pendapat yang sekiranya terbuka dan jujur sesuai dengan tema
yang dipilih.
a.
Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada
tujuan penelitian. Tanya jawab
dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan
penelitian yang dilakukan. Tim penulis mengumpulkan data dengan cara
mewawancarai Kepala
perpustakaan Balakjarah Bintaldam V/Brawijaya.
b.
Analisis Dokumen
Analisis dokumen lebih mengarah pada bukti konkret.
Dengan instrumen ini, kita diajak untuk menganalisis isi dari dokumen-dokumen
yang dapat mendukung penelitian. Tim
penulis menggunakan analisis dokumen untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai
materi yang di bahas demi mendapat data yang akurat.
3.3
Instrumen Penelitian
Pada
penelitian kali ini tim penulis
menggunakan instrumen melalui metode wawancara dengan Kepala perpustakaan Balakjarah
Bintaldam V/Brawijaya serta studi dokumen. Dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kualitatif pula, jadi
lebih bersifat abstrak tetapi
lengkap dan mendalam. Ada beberapa alasan penulis menggunakan instrumen ini
dalam penelitian yaitu :
a. Karena tidak memungkinkan apabila menggunakan
instrumen penelitian berupa angket dan checklist.
b. Karena instrumen penelitian berupa
wawancara akan menghasilkan data yang lebih akurat.
3.4
Sumber Data
Kami mengambil
beberapa data diantaranya dari berbagai macam sumber yang berbeda. Data yang
pertama diperoleh dengan cara mewawancarai seorang Kepala perpustakaan Balakjarah Bintaldam V/Brawijaya yang bernama Bapak Cahyo Budi
Santoso. Data yang kedua diperoleh dari berbagai buku referensi atau dokumen.
Data yang terakhir diperoleh dari internet sebagai pelengkap dari kedua sumber
di atas.
3.5
Teknik Analisis Data
Beberapa tahap analisis yang digunakan :
a.
Tahap membandingkan sumber yang diperoleh
melalui wawancara dan internet, yaitu pada tahap ini terdapat adanya dua
sumber yang berbeda sehingga tim penulis perlu memahami kedua sumber tersebut
agar dapat membandingkan kedua sumber tersebut.
b.
Tahap memadukan persamaan informasi yang
diperoleh melalui internet dan wawancara, yaitu memahami dengan baik
informasi yang didapatkan,meneliti adanya persamaan–persamaan informasi diantara
dua sumber dengan saksama demi keakuratan informasi tersebut.
c.
Tahap pembatasan informasi dalam ruang
lingkup lokal sesuai dengan objek sejarah yang di teliti, dalam tahap ini
melakukan pembatasan – pembatasan informasi yang didapat agar informasi yang
didapat tidak begitu luas bahasanya sehingga menyimpang dari objek yang
diteliti, tahap ini juga berguna untuk memudahkan dalam memperoleh informasi
tentang materi yang dibahas.
d.
Tahap menulis dan merumuskan informasi
yang di dapat dari berbagai sumber data
sesuai dengan objek sejarah yang di teliti karena teknik penulisan
dan perumusan informasi yang lebih mengarah kepada tema yang dibahas akan
mempengaruhi hasil dari penelitian ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Awal mula kejadian Agresi Militer Belanda
A. Letak Geografis
Kota Malang
Secara geografi Kota Malang dikelilingi oleh pegunungan tinggi di Jawa
Timur yaitu Gunung Kawi di sebelah barat, Gunung Semeru di sebelah timur,
Gunung Arjuno di sebelah utara dan pegunungan Kendeng Selatan di sebelah selatan. Dibukanya lahan
perkebunan kopi dan tebu pada tahun 1800 memuat Kota Malang menjadi salah satu
kota yang menarik untuk melakukan aktivitas perekonomian. Munculnya perkebunan
di Kota Malang menjadikannya kota yang ramai sehingga banyak penduduk luar kota
yang bermukim ke Kota Malang.
”The city is The People”, kota adalah manusia yang menghuninya,
demikian sering dikatakan oleh para ahli perkotaan. Seperti halnya semua
kota-kota kolonial di Jawa pada umumnya, Malang juga dihuni oleh sebuah
masyarakat yang majemuk. Maka dari itu Kota Malang sering dijuluki sebagai Paris van oost Java.
Masyarakat majemuk yang ada di Malang terdiri atas:
- Penduduk Pribumi setempat.
- Penduduk Timur Asing (Vreemde Oosterlingen), yang terdiri atas
orang Cina
dan Arab, serta Timur asing lainnya.
- Penduduk Belanda sendiri yang memerintah.
Dengan demikian
Malang menjadi tempat penting yang baik bagi orang Eropa, Timur Asing dan orang
Indonesia sendiri. Kota Malang merupakan salah satu kota sasaran militer
Belanda pulau Jawa bagian Timur.
B.Agresi Militer Belanda di Jawa
Timur
Agresi Militer
Belanda di Jawa Timur dimulai dengan penerobosan terhadap pertahanan Tentara
nasional Indonesia (TNI) di Porong oleh Brigade KNIL dari divisi “A” yang
berpangkalan di Surabaya. Pada waktu yang sama Brigade Marine melaksanakan
pendaratan di Pasir Putih dan Meneng di Banyuwangi serta terus bergerak untuk
menguasai seluruh wilayah Jawa Timur. Setelah berhasil menerobos pertahanan
Tentara Nasional Indonesia di Porong, sebagian anggota Brigade KNIL divisi “A”
bergerak menuju Bangil untuk bergabung dengan Brigade Marine dan sebagian
lainnya menuju Malang. Pasukan darat Belanda juga berhasil menerobos pertahanan
di Mojosari dan terus bergerak menuju Pacet. Dari Pacet pasukan Belanda
bergerak ke malang melalui Batu.
Agresi Militer Belanda I di
Kota Malang melalui Surabaya ke Porong, Bangil, Pandaan, Lawang, dan Singosari.
Kabar Belanda telah melakukan Agresi Militer Belanda I telah sampai di Kota
Malang pada tanggal 21 Juli 1947. Para pejabat sipil dan polisi telah
mengosongkan Kota Malang pada malam hari. Mereka merasa khawatir terhadap
tindakan militer Belanda. Keesokan hari pada pukul
06.00 pagi, lapangan terbang Bugis telah diserang pesawat terbang Belanda
bermotor dua dengan mitralyur. Pasukan Belanda masih melakukan usaha yang sama,
yaitu melakukan pengeboman di dalam Kota Malang.
Pasukan Belanda akhirnya
berhasil masuk ke Kota Malang pada
tanggal 31 Juli 1947. Belanda membuka serangan lewat udara pada pukul 02.00
dinihari ketika tentara Indonesia sedang istirahat. Tak lama kemudian setelah itu
pasukan Belanda datang dari sebelah utara. Mereka masuk ke tengah Kota Malang
secara perlahan diiringi desingan peluru. Segera saja berlangsung pertempuran
seru di kawasan alun-alun, Kawistraat, Kajoetangan dan beberapa tempat lainnya.
Perang ini segera menjatuhkan korban dengan jumlah terbesar dari Tentara
Nasional Indonesia. Diantara sela pertempuran dengan menggunakan senjata api,
datanglah Pasukan Bambu Runcing yang terdiri dari pemuda-pemuda yang dari
Kasin, Kauman serta Belakang Lodji. Jelas mereka tidak mampu melawan senjata
Marinir yang sudah modern. Mereka menunggu kesempatan tersebut tidak kunjung
datang karena Belanda lebih pintar untuk menghindarinya. Keadaan segera
berbalik ketika pasukan Belanda berhasil menguasai keadaan pertempuran
tersebut. Ada 35 anggota tentara Republik Indonesia Pelajar di Kota Malang yang
gugur di jalan Salak (sekarang Jalan Pahlawan TRIP). Tentara Nasional Indonesia
segera bergerak mundur menuju pembatasan. Peristiwa ini disebabkan Kota Malang
sudah jatuh ke tangan Pasukan Belanda.
Sementara suasana di
dalam Kota Malang menjadi kacau balau karena berita kedatangan pasukan militer
Belanda sudah didengar oleh masyarakat Kota Malang. Mereka berusaha
menyelamatkan diri dengan mengungsi ke daerah perbatasan. Jalan-jalan di Kota
Malang sejenak berubah menjadi lautan manusia yang akan mengungsi. Pada akhirnya mereka mengungsi ke
daerah perbatasan, lalu dikumpulkan di sekolah Katolik di kawasan
Penanggoenganstraat (sekarang Jalan Panderman) sebelah selatan kawasan
perumahan Idjen Boulevard.
Kota Malang disibukkan dengan berbagai persiapan untuk menahan pasukan
Belanda agar tidak masuk ke dalam Kota Malang. Apabila Kota Malang jatuh ke
tangan Belanda maka secara otomatis Jawa Timur telah berada di bawah kekuasaan
Belanda.
Apabila Malang jatuh
ke tangan Belanda maka secara otomatis Jawa Timur berada di bawah kekuasaan
Belanda. Pada tanggal 21 Juli 1947 ketika Belanda mengawali Agresi Militer
pertamanya, di markas Divisi VII Malang pada pukul 19.00 dilangsungkan
pertemuan para perwira staf dan komandan kesatuan untuk mendengarkan strategi
militer dalam menghadapi pasukan Belanda. Dalam pertemuan tersebut disepakati
bahwa seluruh pasukan tidak akan meninggalkan Kota Malang sebelum seluruh kota
dibumihanguskan. Pada tanggal 22 Juli 1947 pukul 03.00
dinihari mulai terdengar suara ledakan
secara berturut-turut. Pada saat itu dimulailah strategi bumi hangus dilaksanakan
terlalu dini di Kota Malang.
C.
Campur Tangan Pemerintah
Pemerintah kota
Malang turut melaksanakan rapat strategi
politik untuk menyelamatkan Kota Malang. Berdasarkan laporan pendek dari
Pemerintah Kota malang tanggal 06 Agustus 1947 disepakati bahwa tanggal 22 Juli
1947 dinihari Residen Malang serta menuju ke Turen. Pemerintah di dalam Kota
Malang untuk sementara dipegang oleh asisten Residen Soejadi. Pada tanggal 29
Juli 1947 para staf keresidenan masuk kembali ke dalam Kota Malang. Bersamaan
dengan itu musuh berhasil mendesak pasukan Tentara Nasional Indonesia di
perbatasan sehingga pada keesokan harinya disepakati agar para staf Keresidenan
Malang segera kembali ke Turen.
Pada tanggal 31 Juli
pasukan pelopor Belanda berhasil masuk ke dalam Kota Malang. Mereka masuk ke
dalam Kota Malang dengan memakai tank-tank besar dan kecil. Pada masa itulah
Kota Malang secara militer jatuh ke tangan Belanda. Sementara pada tanggal 1
Agustus 1947 pasukan ini berhasil menguasai tempat penting di Kota Malang.
Pasukan Tentara Nasional Indonesia berhasil dipatahkan. Tanggal 2 Agustus 1947
Belanda berhasil melaksanakan negoisasi dengan asisten Residen Malang Soejadi
untuk memerintahkan para pegawai pamong praja untuk melaksanakan kembali
kegiatan seperti sebelumnya. Pada tanggal 4 Agustus 1947 diadakan pertemuan di
pendopo Kabupaten malang. Pertemuan itu dihadiri oleh pegawai republik dari
staf kementrian yang di pimpin oleh asisten Residen malang Soejadi. Pertemuan
itu untuk menerima penjelasan tentang pemerintahan di Jawa Timur selanjutnya
dari Recomba Jawa Timur Dr. F.W.T. Hunger.
Pada tanggal 4 Agustus 1947 diadakan pertemuan di pendopo Kabupaten Malang. Pertemuan itu dihadiri oleh pegawai
republik dari staf kementrian yang dipimpin oleh asisten residen Malang,
Soejadi. Pertemuan itu untuk menerima penjelasan tentang pemerintahan di Jawa
Timur selanjutnya dari RECOMBA Jawa Timur DR F.W.T. Hunger.
Kekacuan situasi dan kondisi Kota Malang tidak
mendapatkan perhatian serta upaya dari pihak pemerintah Kota Malang untuk
menghentikan kepanikan tersebut. Seluruhnya menyibukkan diri untuk
mempertahankan Kota Malang serta mengatur kondisi perpolitikan yang kacau.
Polisi atau tentara yang menjaga keamanan dalam Kota Malang kurang
terkoordinasi sehingga kerusuhan semakin merajalela. Peristiwa ini menyebabkan
Kota Malang ditetapkan dalam kondisi status quo.
Daerah yang
bersebelahan dengan garis impian Van Mook atau garis status quo menjadi daerah
penyangga yang harus dikosongkan dari kekuatan militer (Demilitered Zones).
Sebagai penanggung jawab keamanan, telah ditetapkan Kepala Kepolisian Kota
Malang. Untuk keperluan tersebut dibentuklah satuan tugas khusus yang bernama
Polisi Keamanan (PK). Poisi keamanan intinya terdiri dari satuan – satuan
Mobile Brigade Polisi (Mobbrig). Sebagai komandannya di tunjuklah S Syamsuri
Mertoyoso yang ketika itu menjadi komandan Mobile Brigade Polisi Karesidenan
Malang. Pengamanan daerah status quo tidak dapat dilepaskan dari taktik dan
strategi tentara sehingga dibentuklah Perwira Penghubung (Liaison Officers)
yang terdiri dari perwira polisi dan militer. Para anggota perwira miiter
inilah yang bertugas menjadi penghubung dengan para anggota Komisi Tiga Negara
(KTN) yang merupakan petugas PBB untuk mengawasi pelaksana perjanjian Renville di Indonesia.
2. Taktik Gerilya Masyarakat Kota Malang di Daerah
Pendudukan Belanda
A. Pembakaran Kartu penduduk Atas
Usul AJ Cokrohadi
Pada saat pendudukan Belanda di Malang kartu penduduk yang telah dimiliki
masyarakat di Malang diganti dengan kartu penduduk buatan Belanda . kejadian
ini dilaksanakan Belanda tentu saja untuk menghambat gerak pasukan Hamid Rusdi
yang akan menyusup ke daerah pendudukan
Belanda. Kesulitan tersebut
bertambah dengan sikap beberapa masyarakat yang tinggal di daerah pendudukan
dengan sikap kurang simpatik terhadap perjuangan Tentara Nasional Indonesia.
Atas usul AJ Cokrohadi, Mayor Hamid Rusdi melaksanakan beberapa tindakan.
Pertama, seluruh kepala desa harus
menyerahkan semua kartu penduduk rakyatnya yang diberikan oleh Belanda. Kedua,
ia akan menjadi sasaran Tentara Nasional Indonesia apabila kepala desa tidak
mau menyerahkan kartu penduduk rakyatnya. Ketiga, rakyat yang tidak sempat
menyerahkan kartu penduduk buatan Belanda diminta untuk segera membakarnya.
Taktik ini telah menyebabkan dalm waktu sehari semalam telah terkumpul
kurang lebih 10.000 buah kartu penduduk yang berasal dari daerah Gadang,
Mergosono, Janti, Kedungkandang, Kebalen, Sumber Soka, Telogowaru, Wonokoyo dan
Kendalpayak. Kartu penduduk yang
dikumpulkan akhirnya dibakar oleh Tentara Nasional Indonesia. Pasukan Mayor
Hamid Rusdi dapat dengan mudah menyusup ke Kota Malang yang dikuasai Belanda
berbaur dengan rakyat biasa yang tinggal di daerah pendudukan Belanda.
Akibatnya pihak Belanda sukar membedakan antara rakyat biasa dengan Tentara
Nasional Indonesia. Keadaan ini membuat pasukan Mayor Hamid Rusdi mudah
bergerak.
Pembakaran kartu penduduk yang dilakukan oleh batalyon I Hamid Rusdi,
khususnya oleh pasukan kompi Kusno telah membuka kesempatan yang baik untuk
melaksanakan penyusupan ke berbagai tempat. Pasukan TNI kemudian berhasil menguasai tempat – tempat
di sekitar kota Malang. Memang ada saatnya terjadi kegagalan sewaktu menyerang
pos Ornderneming Wacht atau penjaga perkebunan di daerah Sempal Wadak dan
Tutut. Selain itu juga banyak keberhasilan lainnya dalam perang gerilya. Untuk
dapat menjaga eksistensi hubungan Pasukan Hamid Rusdi memakai beberapa cara
yaitu :
1. Sistem Estafet yaitu apabila ada surat perintah pelaksanaan
komunikasi yang dilaksanakan dengan mengatur surat tersebut dari pos satu ke
pos lainnya sampai kepada orang yang dituju. Jadi surat senantiasa berganti
tangan.
2. Sistem Surat
Pantat yaitu lebih ditujukan kepada surat – surat yang sangat penting untuk
membawanya surat tersebut dimasukkan kedalam pantat seseorang dengan maksud
apabila diperiksa tidak diketahui oleh musuh. Biasanya yang menjadi kurir untuk
mengantar surat adalah wanita yang menyamar sebagai seorang pedagang atau bergaya
akan ke pasar. Hal itu dilakukan agar terhindar dari perhatian musuh karena
wanita lebih bebas untuk mengadakan hubungan dengan lainnya.
B. Sistem Gerilya Pasukan Hamid
Rusdi
Pada waktu – waktu
tertentu Mayor Hamid Rusdi mengomando untuk mengadakan serangan – serangan
terhadap wilayah pendudukan Belanda. Serangan gerlya waktu malam hari tetap
dilaksanakan dengan penghadangan terhadap iringan pasukan Belanda. Penghancuran
jembatan dengan menggunakan barbagai bom rakitan Tentara Nasional Indonesia
misalnya jembatan kendalpayak dihancurkan tiga kali tetapi belum hancur. Tentara Nasional Indonesia berhasil
menghancurkan jembatan yang menghubungkan Kendalpayak dengan Buring dengan
tujuan agar Belanda tidak leluasa mengadakan perjalanan. Gerliya yang dilaksanakan
oleh pasukan Mayor Hamid Rusdi mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Sukar dicari oleh
musuh karena pos – pos dan pemusatan tenaga bersifat definsif dan agresif.
2. Pasukan yang bergerilya dapat
beradaptasi dengan keadaan masyarakat
3. Dapat mempertinggi pengetahuan untuk
menentukan waktu operasi yang tepat membangkitkan gairah dan gembira untuk
memasuki daerah baru.
4. Membantu inisiatif masyarakat untuk
dapat menyusun ekonomi serta perbaikan organisasi desa
C. Pembentukan Kompi
Untuk
dapat mengembangkan gerilya dengan baik maka pasukan Mayor Hamid Rusdi dibagi
menjadi 4 kompi. Kompi 1 Suam Samsun berartanggung jawab atas daerah Malang
Barat, dengan basis gerilya meliputi Petung Sewu, Sumberbedno, Kucur, Sengon
dan Bedalisodo. Kompi 2 bertanggungjawab atas daerah Malang Tenggara meliputi
daerah Garotan dan sekitarnya. Kompi 3 Kusno Hadiwinoto bertanggung jawab atas
daerah Malang Timur meliputi basis gerlya daerah Tajinan dan sekitarnya. Kompi
4 Suyono bertanggung jawab atas daerah Malang Timur Laut meliputi daerah
Tajinan dan sekitarnya. Kompi 4 Suyono bertanggung jawab atas daerah Malang
Timur Laut meliputi daerah Nongkojajar dan sekitarnya. Mayor Hamid Rusdi
memimpin daerah Komando Batlyon I yang bergerak mobile.
D.
Penyerangan di Berbagai Tempat
Mayor Hamid Rusdi adalah seorang
pimpinan perang yang berani, disegani, tegas, ditaati oleh anak buahnya, serta
sering muncul di Kota Malang Kompi 2 menduduki daerah Garotan melalui
Poncokusumo, Pandansari untuk membuka membuka jalan bagi batalyon untuk menuju
Lumajang, Pasurun dan Probolinggo. Kompi 3 dan Kompi 4 berhasil memasuki barisan gerilya
dengan Selamat. Daerah keamanan Belanda terbatas di dalam Kota Malang. Daerah
diluar Kota Malang di kuasai oleh Tentara Nasional Indonesia.
Pejuang Kota Malang menyerang Pasukan
Belanda di Karangploso pada 7 Januari 1949, Pejuang Kota Malng menyerang Dinoyo
antara puul 22.00 – 04.00 WIB. Geni Sudarto memasang Mijn di rel kereta api
sehingga KA keluar dari rel. dua hari kemudian , tanggal 9 Januari 1949 telah
terjadi serangan tembak menembak di Kutobedah, Mergosono, dan Tanjung.
Pertempuran melawan pasukan Belanda di Singosari selama 2 jam. Tidak lama
berselang, pada tanggal 11 Januari telah terjadi serangan umum di Kota Malang
yang menewaskan 31 orang tentara Belanda serta anak buahnya ( Nasution, 1977 :
161).
Mendekati
Akhir Bulan Januari 1949 telah terjadi pertempuran antara pihak Belanda dan
pejuang di Kota Malang. Pada tanggal 24 Januari 1949 telah terjadi tembak
menembak di Gading dengan korban 7 orang tewas dan 7 orang ditawan. Pejuang
Kota Malang menewaskan 5 orang Belanda serta membakar 1 mobil jeep. Keesokan
harinya,tanggal 25 Januari terjadi pertempuran yang sama terjadi tembak
menembak dari dekat di Jalan Kawi dan Jalan Arjuno. Pertempuran ini
dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk melakukan penjarahan di daerah Kelampok,
Bareng , Tanjung, Tamangayam. Para pejuang juga menawan 6 orang pelajar HBS
dikarenakan mempunyai senjata pistol. Penyerangan pabrik gula Kebon Agung
dilakukan beberapa hari berikutnya. Akhir bulan Januari terjadi pembongkaran
rel kereta api antara Surabaya dan Malang sepanjang 136 meter dan tidak ada
kecelakaan karena sudah di ketahui.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perkembangan gerilya di
Kota Malang pasca Agresi Militer Belanda I sampai tahun 1949 disebabkan karena ada pendekatan politik
kepada Penduduk Kota Malang untuk melawan
Belanda di daerah Republik Indonesia dan daerah Penduduk Belanda. Penduduk Kota
Malang ikut mengadakan perlawanan. Selain
itu ada Gerakan Rakyat Kota Malang tahun 1949 serta Mayor Hamid Rusdi yang
gugur di desa Wonokoyo pada tanggal 8 Maret 1949.
LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
Hardinoto. 1996. Perkembangan Kota Malang pada Zaman Kolonial.
Surabaya: Petra..
Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional Dari
Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Jilid II. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Nordholt, Henk. 2005. Outward Appearances 'Trend, Identitas, Kepentingan'. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Suryan, Endang. 2012. Latar Belakang Terjadinya Perjanjian Renville
dari Tahun 1946-1948. (online). (http://endangsuryan.wordpress.com/2012/11/30/latar-belakang-terjadinya-perjanjian-renville-dari-tahun-1946-1948/), diakses tanggal 27 Oktober 2013.
____________, 2013. SMG.
(online). (http://gunsnkill.blogspot.com/p/smg.html), diakses tanggal 7
September 2013.
Wati, Wita. 2013. Tentara Het Koninklijke Nederlandsch.
(online). (http://witawati34.blogspot.com/2013/09/tentara-het-koninklijke-nederlandsche.html), diakses tanggal 7
September 2013.
As stated by Stanford Medical, It is in fact the ONLY reason this country's women get to live 10 years longer and weigh an average of 42 lbs lighter than us.
ReplyDelete(And really, it has totally NOTHING to do with genetics or some hard exercise and really, EVERYTHING to around "how" they eat.)
P.S, I said "HOW", not "WHAT"...
CLICK on this link to determine if this brief test can help you unlock your true weight loss potential